Hidup dengan Penyakit Jantung Rematik

Bagaimana Tatalaksana Demam Rematik Akut (DRA)?

Jika Anda telah didiagnosis menderita Demam Rematik Akut (DRA), berikut adalah langkah-langkah pengobatan yang umumnya diberikan:

1. Penanganan Nyeri Sendi

Untuk mengurangi nyeri dan peradangan pada sendi, dokter akan memberikan obat seperti aspirin atau obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS).

2. Pengobatan Gagal Jantung

Jika DRA menyebabkan gagal jantung, akan diberikan diuretik untuk mengurangi cairan berlebih dalam tubuh, serta dianjurkan tirah baring total guna mengurangi beban kerja jantung dan meringankan sesak napas.

3. Eradikasi Kuman Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A (SBGA)

Pemberian antibiotik golongan penisilin bertujuan untuk membasmi kuman penyebab infeksi (SBGA), yang menjadi pemicu DRA.

4. Penanganan Gerakan Abnormal (Sydenham’s Chorea)

Gejala gerakan tidak terkendali pada Sydenham’s chorea biasanya membaik setelah tirah baring dan pengobatan infeksi SBGA. Jika diperlukan, dokter dapat memberikan obat penenang seperti klorpromazin, diazepam, atau haloperidol untuk meredakan gejala.

Sebagian besar pasien akan mengalami perbaikan klinis dalam waktu beberapa minggu hingga bulan. Hanya sebagian kecil kasus yang membutuhkan tindakan bedah jantung.

Karena pasien DRA, terutama anak-anak dan remaja, memiliki risiko tinggi untuk mengalami kekambuhan, maka diperlukan profilaksis sekunder dengan pemberian antibiotik secara berkala guna mencegah kekambuhan demam rematik.

Bagaimana Tatalaksana Penyakit Jantung Rematik (PJR)?

Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah kondisi kronis yang ditandai oleh kerusakan katup jantung akibat reaksi imunologis dan peradangan yang terjadi setelah infeksi kuman Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A (SBGA).

Katup Jantung yang Paling Sering Terdampak

Katup jantung berfungsi untuk mengatur aliran darah di dalam jantung. Pada PJR, dua katup yang paling sering mengalami kerusakan adalah:

1. Katup Mitral

Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri, katup ini paling sering terdampak, dengan sekitar 90% pasien PJR mengalami kerusakan pada katup mitral. Jenis kerusakan meliputi:

  • Regurgitasi katup mitral (kebocoran katup), lebih sering terjadi pada dewasa muda.
  • Stenosis katup mitral (penyempitan katup)
2. Katup Aorta

Terletak antara ventrikel kiri dan aorta, kerusakan yang dapat terjadi meliputi:

  • Regurgitasi katup aorta
  • Stenosis katup aorta

Dampak Kerusakan Katup Jantung

Kerusakan pada katup menyebabkan aliran darah di jantung menjadi tidak normal, sehingga jantung tidak dapat memompa darah secara efisien. Akibatnya, pasien dapat mengalami:

• Gagal Jantung

Ditandai dengan sesak napas saat beraktivitas dan pembengkakan di perut atau tungkai bawah.

• Gangguan irama jantung (aritmia)

Jantung berdetak tidak teratur atau terlalu cepat/lambat.

• Endokarditis infektif

Infeksi pada katup jantung yang rusak.

• Stroke

Risiko stroke meningkat akibat terbentuknya bekuan darah di dalam jantung.

• Komplikasi pada kehamilan

Wanita hamil dengan PJR memiliki risiko gangguan jantung yang lebih tinggi selama masa kehamilan dan persalinan.

Penatalaksanaan Penyakit Jantung Rematik

Kerusakan katup akibat PJR bersifat permanen, sehingga tatalaksana berfokus pada mencegah kerusakan lebih lanjut dan mengatasi komplikasi yang sudah terjadi. Beberapa penanganan yang umum diberikan meliputi:

1. Pengobatan Gagal Jantung

Pemberian obat diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan yang menyebabkan sesak napas dan pembengkakan.

2. Pengobatan Gangguan Irama Jantung

Penggunaan obat seperti digoksin atau beta-blocker untuk membantu mengontrol denyut jantung yang terlalu cepat (rate-control).

3. Pemberian Antikoagulan

Obat pengencer darah diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan darah yang dapat menyebabkan stroke, terutama pada pasien dengan gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium.

Profilaksis Sekunder

Pasien yang pernah mengalami Demam Rematik Akut (DRA) memiliki risiko tinggi untuk mengalami kekambuhan, terutama jika terpapar kembali oleh kuman Streptokokus Beta Hemolitikus Grup A (SBGA). Untuk mencegah rekurensi, diberikan antibiotik secara berkala, yang disebut sebagai profilaksis sekunder.

Jenis Antibiotik yang Digunakan

Profilaksis sekunder dapat diberikan dalam bentuk:

  • Injeksi Benzathine G Penicillin (PBG) – diberikan secara intramuskular setiap 3–4 minggu.
  • Phenoxymethylpenicillin (PMP) – diberikan secara oral, dua kali sehari.
  • Eritromisin – diberikan secara oral bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.

Durasi Pemberian Profilaksis Sekunder

Lama pemberian antibiotik bervariasi tergantung kondisi pasien dan tingkat keparahan penyakit. Beberapa pedoman umum adalah:

  • Selama 5–10 tahun setelah serangan DRA terakhir.
  • Sampai usia tertentu, seperti 18, 21, atau bahkan 40 tahun.
  • Seumur hidup, untuk pasien dengan kerusakan katup jantung berat atau yang pernah menjalani operasi katup jantung.

Mengapa Profilaksis Sekunder Penting?

  • Mencegah kekambuhan demam rematik.
  • Melindungi katup jantung dari kerusakan lebih lanjut.
  • Mengurangi risiko komplikasi serius seperti gagal jantung dan stroke.

Profilaksis sekunder merupakan bagian penting dari perawatan jangka panjang pasien PJR. Kepatuhan terhadap jadwal pemberian antibiotik sangat menentukan keberhasilan pengobatan.

Bedah Katup Jantung pada PJR

Pada pasien Penyakit Jantung Rematik (PJR) dengan kerusakan katup jantung yang berat, pengobatan medis saja sering kali tidak cukup. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana intervensi atau bedah untuk memperbaiki fungsi katup jantung. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki aliran darah dalam jantung dan mencegah komplikasi jangka panjang seperti gagal jantung atau stroke.

Jenis Tindakan yang Dapat Dilakukan:

1. Balloon Mitral Valvuloplasty (BMV)

Tindakan ini dilakukan pada pasien PJR dengan stenosis (penyempitan) katup mitral. Merupakan prosedur invasif non-bedah yang dilakukan melalui pembuluh darah di lipatan paha. Sebuah balon khusus dimasukkan ke dalam jantung dan diposisikan di katup mitral. Balon kemudian dikembangkan untuk memperlebar bukaan katup yang menyempit. Prosedur ini dapat mengurangi gejala dan biasanya dapat diulang bila terjadi penyempitan ulang setelah beberapa tahun.

2. Perbaikan Katup Mitral (Mitral Valve Repair)

Tindakan ini dilakukan melalui bedah jantung terbuka dan bertujuan untuk memperbaiki regurgitasi (kebocoran) katup mitral. Dokter bedah akan memperbaiki struktur dan fungsi katup agar dapat menutup dengan baik dan mencegah kebocoran. Prosedur ini sering menjadi pilihan pada pasien dengan kerusakan katup yang masih bisa diperbaiki tanpa perlu penggantian.

3. Penggantian Katup Jantung (Valve Replacement)

Jika katup jantung mengalami kerusakan berat dan tidak bisa diperbaiki, maka perlu dilakukan penggantian katup. Katup yang rusak akan diganti dengan katup prostetik, yaitu:

  • Katup Mekanik: Terbuat dari bahan logam dan sangat tahan lama, namun memerlukan penggunaan antikoagulan seumur hidup untuk mencegah pembentukan bekuan darah.
  • Katup Bioprostetik: Terbuat dari jaringan katup hewan (seperti sapi atau babi), tidak memerlukan antikoagulan jangka panjang, namun masa pakainya lebih pendek dibanding katup mekanik.

Penggantian katup dapat dilakukan pada katup mitral maupun aorta, tergantung lokasi kerusakan.

Pemberian Antikoagulan

Pada pasien dengan Penyakit Jantung Rematik (PJR), penggunaan obat antikoagulan menjadi bagian penting dari penatalaksanaan, terutama pada kondisi tertentu yang meningkatkan risiko terbentuknya bekuan darah.

Kapan Antikoagulan Diberikan?

  1. Mengalami gangguan irama jantung, khususnya fibrilasi atrium, di mana irama jantung menjadi tidak teratur dan berisiko menyebabkan pembekuan darah di dalam atrium.
  2. Setelah menjalani penggantian katup jantung, terutama jika menggunakan katup mekanik (metal), karena bahan ini cenderung memicu pembentukan bekuan darah.

Tujuan Pemberian Antikoagulan

  • Mencegah terbentuknya bekuan darah di dalam jantung
  • Menurunkan risiko stroke akibat lepasnya bekuan darah ke otak
  • Mencegah komplikasi serius yang mengancam jiwa

Jenis Antikoagulan dan Pemantauan

1. Warfarin
  • Merupakan antikoagulan oral yang menghambat pembentukan faktor pembekuan darah.
  • Efektivitas warfarin dinilai melalui pemeriksaan laboratorium INR (International Normalised Ratio).

Target INR untuk pasien PJR umumnya berada di antara 2,0 hingga 3,0, tergantung pada kondisi klinis masing-masing pasien.

Pemeriksaan INR dilakukan secara berkala, dan dosis warfarin disesuaikan berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut untuk memastikan efektivitas dan mencegah risiko perdarahan.

Pentingnya Edukasi dan Kepatuhan

  • Pasien yang menggunakan warfarin perlu memperhatikan interaksi obat dan makanan, serta melaporkan gejala perdarahan seperti gusi berdarah, urin kemerahan, atau memar yang tidak biasa.
  • Kepatuhan terhadap jadwal pemeriksaan INR dan minum obat secara rutin sangat penting agar terapi antikoagulan aman dan efektif.

Konsultasikan Secara Rutin

Jika Anda menjalani terapi antikoagulan, pastikan untuk:

  • Konsultasi rutin ke dokter atau fasilitas kesehatan
  • Mengetahui tanda bahaya dari efek samping obat
  • Memahami cara hidup aman selama penggunaan warfarin

Edukasi Singkat untuk Disampaikan pada Pasien

  • Warfarin tidak menyembuhkan PJR, tapi mencegah komplikasi serius.
  • Disiplin minum obat dan kontrol rutin adalah kunci keberhasilan pengobatan.
  • Bila akan melakukan prosedur medis atau gigi, beri tahu dokter bahwa Anda menggunakan warfarin.

Penggunaan Warfarin pada PJR

Apa itu Warfarin?

Warfarin adalah obat pengencer darah yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah. Obat ini biasanya diresepkan untuk pasien dengan fibrilasi atrium atau setelah menjalani operasi penggantian katup jantung.

Mengapa Warfarin Diperlukan?

Warfarin digunakan untuk mencegah stroke dan komplikasi lain yang disebabkan oleh gumpalan darah, terutama pada pasien dengan Penyakit Jantung Rematik.

Target INR

INR (International Normalized Ratio) adalah angka yang menunjukkan seberapa encer darah Anda. Target INR yang umum adalah antara 2.0 hingga 3.0.

Pemeriksaan INR

Pemeriksaan INR perlu dilakukan secara rutin, biasanya setiap 1–4 minggu, tergantung pada stabilitas hasil dan dosis obat Anda.

Penyesuaian Dosis

Dosis warfarin Anda akan disesuaikan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan INR Anda. Sangat penting untuk tidak mengubah dosis sendiri tanpa konsultasi dengan dokter.

Pantangan Makanan

Hindari konsumsi makanan yang tinggi vitamin K secara berlebihan, seperti bayam, brokoli, kangkung, sawi, dan kol. Anda harus mengonsumsi makanan-makanan ini dalam jumlah yang stabil dan konsisten.

Interaksi Obat

Warfarin dapat berinteraksi dengan banyak jenis obat lain, termasuk antibiotik, herbal, dan suplemen. Selalu beri tahu dokter Anda sebelum mengonsumsi obat lain.

Tanda Bahaya

Gusi berdarah, urin berwarna merah, feses hitam, memar yang tidak wajar, pusing berat, nyeri kepala hebat. Segera ke rumah sakit jika muncul gejala ini.

Tips Harian

Minum warfarin di waktu yang sama setiap hari, bawa buku catatan INR jika tersedia, dan hindari aktivitas yang berisiko cedera.

Kehamilan dan Penyakit Jantung Rematik (PJR)

Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah kerusakan katup jantung yang umumnya terjadi akibat demam rematik sebelumnya. Pada wanita hamil, PJR dapat menjadi masalah serius karena kehamilan memberikan beban tambahan pada jantung.

Mengapa PJR Berisiko pada Kehamilan?

Selama kehamilan, volume darah dan kerja jantung meningkat hingga 40–50% untuk memenuhi kebutuhan janin. Pada wanita dengan PJR, terutama jika katup jantung sudah rusak berat, kondisi ini dapat menyebabkan:

  • Gagal jantung
  • Gangguan irama jantung (aritmia)
  • Pembentukan bekuan darah
  • Risiko tinggi komplikasi pada ibu dan janin

Katup Jantung yang Paling Sering Bermasalah pada Kehamilan

  • Stenosis katup mitral → paling sering menjadi masalah serius pada kehamilan karena pembatasan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, yang makin memburuk dengan peningkatan beban volume darah.
  • Regurgitasi katup → umumnya lebih dapat ditoleransi pada kehamilan ringan sampai sedang, tetapi tetap perlu pengawasan ketat.

Risiko bagi Ibu

  • Sesak napas yang memburuk, terutama saat aktivitas
  • Bengkak pada kaki atau perut
  • Jantung berdebar atau tidak teratur
  • Nyeri dada
  • Pingsan akibat gangguan irama atau aliran darah

Risiko bagi Janin

  • Kelahiran prematur
  • Pertumbuhan janin terhambat
  • Kematian janin dalam kandungan (jika terjadi komplikasi berat pada ibu)

Penatalaksanaan PJR pada Kehamilan

1. Evaluasi Pra-Kehamilan

Wanita dengan PJR yang berencana hamil sebaiknya menjalani pemeriksaan jantung terlebih dahulu untuk menilai risiko. Jika ada stenosis atau regurgitasi berat, tindakan perbaikan katup dapat dipertimbangkan sebelum hamil.

2. Pemantauan Selama Kehamilan
  • Kontrol rutin oleh tim multidisiplin (dokter kandungan, dokter spesialis jantung, dan bila perlu bedah jantung).
  • Pemantauan gejala dan fungsi jantung secara ketat.
  • Pembatasan aktivitas fisik jika diperlukan.
3. Pengobatan
  • Diuretik untuk mengurangi sesak napas dan bengkak.
  • Beta-blocker untuk mengontrol denyut jantung pada fibrilasi atrium.
  • Antikoagulan pada pasien dengan katup mekanik atau fibrilasi atrium, dengan pemilihan obat yang aman untuk kehamilan (misalnya heparin pada trimester awal).
4. Penatalaksanaan Persalinan
  • Tergantung kondisi jantung ibu.
  • Persalinan biasanya direncanakan di rumah sakit dengan fasilitas ICU.
  • Proses persalinan dapat dipilih antara pervaginam atau operasi caesar berdasarkan pertimbangan medis.

Pencegahan

  • Profilaksis sekunder demam rematik dengan antibiotik untuk mencegah kekambuhan.
  • Edukasi tentang tanda-tanda perburukan penyakit jantung selama kehamilan.

Kesimpulan

Kehamilan pada wanita dengan PJR memiliki risiko tinggi, namun dengan perencanaan matang, pemantauan ketat, dan penanganan tepat, banyak pasien dapat menjalani kehamilan dengan aman. Konsultasi pra-kehamilan dan pendampingan tim medis yang berpengalaman adalah kunci keberhasilan.

Risiko & Rekomendasi Kehamilan pada PJR (Berdasarkan WHO Risk Classification)

Kelas I
  • Jenis Kerusakan Katup (PJR) :  Regurgitasi katup ringan (mitral/aorta), tanpa gejala
  • Risiko pada Kehamilan : Risiko sangat rendah
  • Rekomendasi : Kehamilan aman. Tidak perlu modifikasi besar. Kontrol jantung rutin.
Kelas II
  • Jenis Kerusakan Katup (PJR) : Stenosis mitral ringan/moderat tanpa gejala; regurgitasi sedang
  • Risiko pada Kehamilan : Risiko rendah sampai sedang
  • Rekomendasi : Kehamilan boleh dilanjutkan dengan pemantauan ketat. Evaluasi berkala fungsi jantung dan tekanan paru.
Kelas II - III
  • Jenis Kerusakan Katup (PJR) : Fibrilasi atrium dengan kontrol baik, stenosis mitral sedang + gejala ringan
  • Risiko pada Kehamilan : Risiko sedang
  • Rekomendasi : Perlu pendampingan tim multidisiplin. Obat-obatan disesuaikan, pemantauan jantung dan janin berkala.
Kelas III
  • Jenis Kerusakan Katup (PJR) : Stenosis mitral berat (area <1.5 cm²), tekanan paru tinggi, fungsi jantung menurun (EF <45%)
  • Risiko pada Kehamilan : Risiko tinggi
  • Rekomendasi : Kehamilan tidak direkomendasikan, atau jika sudah hamil: perlu rawat di RS terspesialisasi, pengawasan intensif, mungkin perlu tindakan invasif.
Kelas IV
  • Jenis Kerusakan Katup (PJR) : Stenosis mitral kritis (<1.0 cm²), hipertensi pulmonal berat, gagal jantung NYHA kelas IV, katup mekanik dengan komplikasi
  • Risiko pada Kehamilan : Risiko sangat tinggi (mortalitas tinggi)
  • Rekomendasi : Kehamilan kontraindikasi. Dianjurkan terminasi dini. Jika tetap dilanjutkan, harus dalam pengawasan sangat ketat di pusat rujukan.

Keterangan Penting

  • Regurgitasi biasanya lebih ditoleransi selama kehamilan dibanding stenosis.
  • Pasien dengan katup mekanik memerlukan perhatian khusus terkait penggunaan antikoagulan (perubahan dari warfarin ke heparin selama kehamilan).
  • Penilaian kelas WHO harus dikombinasikan dengan pemeriksaan klinis dan ekokardiografi.

Ringkasan Rekomendasi Praktis

  • Tindakan : Konsultasi pra-kehamilan
  • Direkomendasikan jika: Semua pasien dengan riwayat PJR
  • Tindakan : Evaluasi ekokardiografi sebelum hamil
  • Direkomendasikan jika: Mengetahui fungsi dan luas bukaan katup, tekanan paru
  • Tindakan : Rencana persalinan multidisiplin
  • Direkomendasikan jika: Pasien WHO kelas II ke atas atau dengan gejala jantung aktif
  • Tindakan : Profilaksis antibiotik sekunder
  • Direkomendasikan jika: Dilanjutkan selama kehamilan untuk mencegah kekambuhan DRA
  • Tindakan : Pemantauan INR dan penggantian antikoagulan
  • Direkomendasikan jika: Pasien dengan katup mekanik

Video Edukasi

Ayo Jadi Bagian dari Gerakan Nasional Lawan PJR

Bersama tingkatkan pelayanan jantung katup Indonesia melalui kolaborasi multidisiplin dan inovasi.

Scroll to Top